Grandparents and Their Overreacting Attitude
February 16, 2016
Dari jaman Q bayik, gue selalu wanti-wanti omanya untuk nggak bereaksi berlebihan saat dia kenapa-kenapa. Kalau Q jatuh atau kejedot, biarin aja. Kalau nangis kesakitan, cukup dipeluk atau disusui sampe dia tenang. Cek keadaannya seperlunya, kalau nggak ada apa-apa ya udah, biarin main aja lagi.
27.05.2015 | Lari-lari di BonChon terus jatuh kejedot kaki meja dari besi | Pelipisnya lecet dikit tapi bengkaaak. |
Gue percaya, kejadian tak terduga kayak gitu merupakan bagian dari proses belajar seorang anak. Belajar mengenal lingkungan dan mengontrol dirinya sendiri. Menurut gue, dengan bertindak tenang dan nggak berlebihan saat sesuatu yang nggak menyenangkan terjadi, kita memberi kesempatan mereka untuk belajar tegar dan bertanggung jawab atas semua yang dia lakukan.
Tapi you know lah yaa, grandparents are grandparents. Kayaknya udah "tugas dan kewajibannya" manjain cucu dan bersikap "sedikit" berlebihan. It's just what they do! Susah lah mau maksain mereka untuk nggak teriak atau nggak tetiba-heboh-tanya-mana-yang-sakit-sambil-pasang-raut-muka-sedih-pisan, atau nyalahin orang atau benda yang ada di sekitarnya saat cucunya kenapa-kenapa.
Intinya sih kalau anak celaka, nggak usah panik, jangan teriak, dan nggak perlu kasih raut muka super sedih. Biasa aja.. it's a good way to teach them that accident happens and they have to face those kind of things in the real world.
Tapi nggak didiemin juga lah yaa.. Gue sih tetap berusaha menenangkan dengan cara dipeluk. Biasanya gue biarin Q nangis untuk beberapa saat, sambil bilang it's ok, I'm here.. Nanti, kalau sudah tenang, baru deh dicek bagian mana yang sakit, dan kalau perlu ya dikasih obat. Kalau sekiranya nggak apa-apa sih lanjutin aja mainnya! ;)
Jatuh, kejedot, kepeleset, luka, sakit, itu semua adalah hal yang wajar. Kalau jatuh, ya bangun lagi!
15.01.2016 | Puncak | Jidatnya robek sikit kejedot cerobong asap batu. |
0 comments