Smells Like Coffee: 06.2015

Hampir tiap sore gue ajak Qavi jalan keliling komplek, kalau seharian itu kita nggak ke luar. Q punya kebiasaan yang (menurut gue) agak unik, dia suka mampir ke pagar orang lain, sekedar nengok ke dalam, liat-liat ada apa di balik pagar, atau cuma buat jalan naik-turun di bagian depan pagar yang biasanya agak menanjak. Gue? Biasanya gue biarin aja dulu beberapa menit, sampai dia puas lalu ngajak jalan lagi.

Bukan maksud nggak sopan nengokin halaman rumah orang lain tanpa permisi, apalagi kadang gue memang nggak kenal juga sama yang punya rumah. It's simply because I just want to let his imagination to thrive. Gue nggak tau apa yang ada di pikirannya saat itu, karena Qavi memang belum jago bicara. Lagian toh kita juga lagi jalan-sore-santai, jadi santai ajaaaa lah yaaa..

Tapi nyatanya, nggak setiap saat gue bisa sesantai itu menikmati kebersamaan bareng si bocah. Pernah nggak sih kita buru-buruin anak-anak padahal kita sendiri nggak lagi buru-buru amat?? Dan karena itu juga kita kadang memaksa anak untuk ngikutin pola kita. Judulnya jalan-jalan tapi si bocah kita suruh cepetan jalannya. Padahal kita nggak tau apa yang lagi mereka pikirin saat iseng nengok lama-lama ke pagar tetangga, atau saat mereka berhenti sejenak ngeliatin batu atau daun kering di pinggir jalan.

Beberapa minggu yang lalu gue baca artikel tentang slow parenting di blognya Jo, yang kemudian mau nggak mau menyeret gue untuk baca artikel lain tentang hal yang sama di Boston Globe.

"As an adult, I just move at a faster pace than they do, and I’m also not great, generally, at relaxing, even on my own time."

My first thought was - thanks God there is other mom out there that feels the same way as I do! But stop right there! Dengan pola seperti itu, kita bisa kehilangan banyak momen berharga, meski kita selalu ada di samping si kecil 365hari/tahun alias setiap hari!

Slow parenting berarti tidak lagi terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Simply slowing down for a while and make meaningful connections with your family.

“These days when everyone is so busy, we need to be intentional about making space for family time. Like all of our other activities, we need to mark it on the calendar.” Family time, says Contey, is different for all of us. “You might say, ‘we’re all here on Thursday mornings, so let’s make a leisurely pancake breakfast’; or one night a week take a walk in the dark before bed. Something like that can feel really special and the kids will remember it as they get older.”

Bener juga! Yang akan diingat sama anak-anak adalah masa-masa menyenangkan (dan menyebalkan) bersama kita, orangtuanya. Kita juga gitu, kan? Gue, gitu banget! hahaa.. Jadi gue rasa keputusan kami untuk nggak buru-buru nyekolahin atau ngejejelin Q dengan beragam aktivitas yang terlalu diatur udah ok lah yaa.

Jadi kenapa nggak kita coba sesekali untuk lebih santai? Nggak terpaku sama jadwal kegiatan ataupun segala planning yang udah kita siapin atas nama demi kehidupan yang lebih baik kelak. Nikmatin momen-momen ketika lagi bareng sama si kecil, sedang apapun itu. Mungkin kita akan menemukan hal-hal kecil yang sebelumnya nggak keliatan.

Waktu mau belanja di supermarket, gue biarin Q milih mau bawa keranjang atau troley, lalu dia milih bawa keranjang dorong, mungkin menurut dia lebih match sama body kiciknya. Lalu dia maunya dia yang bawa keranjang dorongnya, jadi momonya ngajarin gimana cara yg enak buat narik si keranjang, dan setiap barang yang gue ambil, dikasihin ke Qavi untuk dimasukin ke dalam keranjang. Ternyata dia suka berhenti sejenak dan merhatiin apa-apa aja yang gue ambil, sebelum akhirnya dimasukkin ke keranjang.

Dengan begitu waktu belanjanya memang jadi lebih lama, tapi yasudahlah yaa.. Hari itu udah sore dan kita memang nggak lagi buru-buru mau ke mana juga, so chill out!

“Take a moment to drink them in. Remember and remind yourself how remarkable your children are. That pause alone, even if momentary, can drive a shift in the pace.”

Karena anak-anak nggak akan selamanya jadi anak-anak.. :)
So, dare to try out a slow parenting?

Share |

Let's Stop Yulin 2015

illustration June 20, 2015

Ada yang pernah tau kalau Cina, tepatnya di YuLin - Guangxi, punya satu festival bernama Yulin Summer Solstice Lychee and Dog Meat Festival? Gue pernah denger, tapi jujur memang nggak pernah tertarik untuk mendalami festival apakah itu, karena di judulnya aja udah ada "Dog Meat Festival", means gue udah pasti nggak akan ikutan kalau misalnya suatu saat nanti ke sana selama festival ini berlangsung. I don't eat Dogs.

Lepas dari makan atau nggak makan, belakangan gue jadi lebih mendalami festival ini karena ada issue yang lagi marak tersebar di beberapa media sosial. Bahkan media internasional merilis artikel-artikel terkait masalah ini. Sampai terakhir gue search beberapa jam yang lalu, sudah ada sekitar 976.000-an foto dengan hastag #StopYulin2015 yang tersebar di Instagram saja. Gue sendiri jadi tertarik sama issue ini gegara liat postingan temen gue di Instagram.

Now let's get to the issue. Yulin festival ini diadakan sebagai penanda awal musim panas. Kenapa harus makan anjing? Simply because Chinese people believe that eating dog meat brings good luck and health. Menurut kepercayaan mereka, makan daging anjing itu membawa keberuntungan dan baik untuk kesehatan. Tradisi ini sebenarnya sudah berlangsung bertahun-tahun, terus kenapa sekarang hebohnya??

Image source

Makan anjing memang legal di China, tapi yang jadi masalah adalah, saat menjelang dan selama Yulin festival, para anjing dan kucing (yes, they do cats too!) ini diperlakukan secara nggak layak. Beberapa orang bahkan mencuri anjing dan kucing peliharaan untuk kemudian dijual ke rumah-rumah jagal. :'(

Selama perjalanan dan di slaughterhouse ini mereka juga nggak diperlakukan secara layak, nggak dikasih makan, dilempar sana-sini, kadang diracun atau diberi obat, dan parahnya lagi, mereka harus melihat teman-teman anjing dan kucingnya dibunuh di depan matanya! OMG it really breaks my heart..

Duo Duo Animal Welfare Project bikin petisi untuk dikirim ke pemerintah YuLin. Isinya adalah permohonan agar pemerintah YuLin mau membatalkan festival ini. Mereka mengutarakan lima alasan untuk pembatalan Yulin festival yang akan berlangsung tanggal 22 Juni 2015 ini.

Share |

Cari Tahu Karakter Si Kecil

our little family June 19, 2015

Akhir-akhir ini banyak promo jasa untuk mengungkap karakteristik anak sejak dini. Mulai dari membaca sidik jari sampai melalui beberapa test khusus. Interested? Honesty, yes! But technically, gue lebih tertarik sama ilmu membaca karakternya, kenapa bisa ya mereka tahu karakter anak sejak anak dalam hitungan bulan?

Let say I'm skeptical. Bukan gak percaya sih, tapi menurut gue karakteristik anak bisa aja berubah-ubah selama beberapa tahun pertamanya, salah satunya karena lingkungan sekitar. That's why, in my opinion, there's no need to take those kind of test so early. Biaya untuk tes-tes gituan juga mahal banget bok! *emak medit. Tapi gak bohong, kalau gratis mah gue mau aja, hahaa.. *dasar emak-emak! As long as ga ada test yang bakal membuat si bocah berlinang air mata, termasuk maksa dia untuk stay di satu tempat baru tanpa orang yang dia kenal selama beberapa menit atau jam untuk diobservasi. No offense, but I'm not really that kind of mom..

Nah, ini dia bagian menariknya..
Beberapa hari yang lalu gue nyari tau tentang beberapa cat rumah. Sampailah gue di webnya Dulux, karena pengen tau soal Dulux EasyClean. Singkat cerita gue masuk ke link #ForgivenessIsEasy, karena konon katanya, di sana kita bisa mendapatkan prediksi karakter & profesi anak di masa depan melalui hasil aktivitas mereka.

Nothing to lose, so why not? Karena kita cuma perlu input beberapa data dan hasil prediksinya akan keluar di halaman berikutnya, for free! hehee.. Prediksi karakter dan profesi ini dibuat oleh psikolog Ratih Ibrahim. Meski gue tipe yang skeptis sama prediksi macam gini, tapi setelah baca hasilnya, ternyata beberapa hal memang match sama karakter dan kepribadian Q saat ini. Jadi kesimpulan gue saat ini, gak ada salahnya menerima hasil prediksi karakter anak, asal gak terus jadi patokan buat kita untuk memaksakan pola asuh tertentu ke si kecil kan yaa..?! :)

Anyway, ini dia hasil prediksi Qavi..

"Selamat kamu adalah calon Dokter Hewan terbaik! Kamu memiliki kemampuan untuk terlibat, menjaga, dan menikmati alam karena dapat mengerti flora dan fauna dengan baik. Hal ini menunjukan bahwa kamu cocok berprofesi sebagai Ahli biologi/biologist, Dokter hewan, atau Chef. Warna O’hara sangat cocok untuk diterapkan pada ruangan anak penyuka warna merah karena meningkatkan kesan pemberani dan komunikatif. Warna merah menggambarkan karakter yang energik dan aktif, optimis, percaya diri, asertif atau mampu mengungkapkan pendapat secara lancar dan spontan."

Qavi selalu tertarik dengan flora dan fauna di sekitarnya. Akhir-akhir ini lagi seneng banget gardening, nyiram tanaman, bantu bersihin taman kecil oma dari daun-daun kering. Kalau ketemu binatang apapun selalu girang, maunya pegang atau puk-puk (istilah kami buat ngelus binatang tanda sayang). Dari Golden Retriever sampe semut cicak dan kecoa (yes, kecoa! Bayangin gue nahan diri pengen jerit, sementara anak gue malah nyamperin tuh kecoa dengan muka penuh senyum dan sayang T-T), semua maunya dipuk-puk.

Well, gak ada salahnya juga sih nyoba cari tau karakter si kecil, siapa tau bisa jadi salah satu panduan (bukan pedoman yaa!) untuk pola asuh yang lebih baik. :D

Share |