March+ 13 Playdate - Museum KAA Bandung

November 09, 2015

Kapan sih bagusnya bawa anak untuk main ke museum? Nunggu sampe SD? Saat mereka mulai tertarik sama yang namanya dinosaurus? Atau nanti aja kalau mereka udah belajar tentang Sejarah di sekolahnya??

Outing pertama March+ Bandung bulan ini kita putusin (secara mendadak sehari sebelumnya) untuk berkunjung ke Museum Konferensi Asia Afrika Bandung, hari Jumat lalu. Ada 6 toddlers dan 2 preschoolers yang ikutan hari itu.


Beberapa orangtua mungkin memutuskan untuk menunggu sampai si anak bisa benar-benar "ngerti" isi museum yang akan dikunjungi. Tapi menurut beberapa artikel yang gue baca seperti di sini, ini dan ini, nggak ada patokan khusus umur berapa anak-anak sebaiknya diajak ke museum.

Pada dasarnya, anak-anak suka dengan hal-hal baru. Tinggal gimana kitanya aja sebagai orangtua ngenalin hal tersebut sama mereka.

Sebelum masuk ke dalam Museum KAA, kita makan dulu di teras museum, karena beberapa anak (dan emaknya) ada yang belum makan siang. Di teras museum ini ada beberapa meja dan kursi yang bisa dipakai untuk umum. Sementara nunggu yang pada makan, anak-anak cowok ini main perosotan di ram depan pintu masuk museum.


Jangan heran yaa, kalau sering liat foto macam gitu, hehee.. Kami memang terbiasa membiarkan anak-anak bermain semaunya, selama tidak membahayakan dirinya dan orang lain. They are just kids, and they need to explore pretty much everything, so chill out moms!

Bayangin kalau kita di posisi mereka, pasti isi otaknya kurang lebih begini..

"Waaahh.. yang ini jalannya miring. Bisa nggak yah dipake sliding?? (lalu dicobalah)
Yay, bisaaaaa..!! (lalu dicoba lagi, lagi, lagiii...)"

As simple as that! Nggak perlu dibikin pusing lah yaaa..

Anyway, ketika masuk ke dalam museum, anak-anak memang tampak nggak tertarik sama foto-foto yang terpajang lengkap dengan cerita seputar KAA yang berlangsung pada tahun 1955 itu. Mereka lebih tertarik lari-larian sepanjang museum yang sebenernya nggak begitu besar.

Nggak lama, beberapa mulai nyamperin para orang tua dan nanya tentang benda-benda yang ada di sekitar museum. Ben sang kepala suku, ternyata semangat banget tiap liat ada bendera Indonesia (meskipun cuma gambar bendera di layar monitor) langsung kasih hormat! Yang lalu diikutin sama anak-anak cowok yang ngiterin dia ke mana pergi.

via Ig-nya Restin
Di dalam museum banyak banget yang bisa anak-anak lihat, dan banyak juga yang bisa dijadiin bahan obrolan. Lepas dari kenal atau tidak dengan orang-orang yang ada di tiap foto, ngerti atau nggak tentang sejarah Konferensi dan dampaknya untuk negara kita, museum itu sebenernya bisa banget jadi tempat menyenangkan untuk orang tua dan anak-anak, berapapun usia mereka.

Jadi, nggak perlu ragu untuk menikmati serunya museum dengan anak-anak atau bayi sekalipun yaa! Kalau kita bisa enjoy, mereka juga bisa kok menikmati suasana di dalam museum. Tinggal pinter-pinternya kita aja untuk bikin suasana tetap menyenangkan meski tempatnya terkesan serius. Daaaann, siap-siap jangan sampai bosan nerima pertanyaan ini itu dari si kecil tentang segala sesuatu yang ada di dalam museum!


Masuk ke Museum KAA ini gratis. Di dalamnya bersih, rapih, toiletnya juga bersih (penting!). Di dekat pintu ke luar, gue sempet liat ada perpustakaan. Tapi karena di dalamnya cukup ramai, dan kita sadar anak-anak nggak bakal bisa diem di dalem perpus dan takut malah mengganggu pengunjung lain, jadi kita putuskan untuk nggak masuk.

Tadinya habis dari Museum KAA kita mau lanjut naman di Taman Alun-Alun, tapi berhubung sore itu hujan turun deras banget, jadilah kita batal naman dan lanjut mamam cantik sore-sore. :D


You Might Also Like

2 comments

  1. ya ampun seru banget playdate ke museum!
    hayooo prytz... artikelnya tayang di TUM yaaa :D hihihi...ditungguuu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa teh niniiitt.. seruuu..
      mau nih, soon copas-edit ke artikel TUM.. :D

      Delete

The Dancing Fingers

Flickr Images